Dewi karya Yus R. Ismail Komidi Putar karya Gegge S. Mappangewa Pertarungan karya Benny Arnas Kacamata karya Noor H. Dee Debu-Debu Tuhan

Selasa, 22 Mei 2012

Resensi Tahta Mahameru

Oleh Irwan Kelana



Melalui novelnya yang berjudul Tahta Mahameru, Azzura Dayana, penulis yang seorang penyuka traveling ini menjalin kisah lewat tiga tokohnya yang masing-masing memiliki karakter sangat kuat—Raja Ikhsan, Faras, dan Mareta—konflik yang juga sangat kuat, dan plot cerita yang memukau, pembaca dibuat penasaran untuk terus mengikuti cerita ini hingga baris terakhir.

Penulis muda yang produktif ini berhasil menyisipkan sejumlah pertanyaan nakal yang membuat pembaca ingin mengetahui jawaban dan mencari jawaban tersebut dalam bab demi bab yang diuntai indah dalam novel ini. Misalnya, tentang apakah Allah bertahta di Mahameru? Atau tentang 'sebelas alasan mengapa aku harus shalat’?

Seperti novel-novel lainnya yang bersetting pendakian gunung, Tahta Mahameru pun kaya akan deskripsi dan narasi tentang keindahan alam. Penulis mampu melukiskan pesona alam Ranu Pane, Ranu Kumbolo, Savanna Oro-oro Ombo, Kalimati, Cemoro Kandang, trek pasir, dan tentu saja puncak Mahameru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Sehingga seakan-akan pembaca berada di sana, menyaksikan semua bukti kebesaran Tuhan itu.

Simaklah bagaimana penulis bercerita tentang sunrise di Ranu Kumbolo: “Matahari muncul di tengah-tengah lembah antara dua bukit yang mengitari Ranu Kumbolo. Cahayanya keperakan, perlahan-lahan naik ke langit dan menimpa air danau sehingga membuatnya terlihat berkilauan. (hlm 354). “Sunrise di lereng menuju puncak Mahameru tetap merupakan sunrise paling indah yang pernah ada. Bola keemasan itu muncul bersama garis-garis awan yang mewadahinya. Lalu, lautan awan tercipa pelan-pelan di hadapan kami,” (hlm 371).

Cerita tentang keindahan Savana Oro-oro Ombo tak kalah indahnya. “Gue benar-benar takjub, sulit percaya dengan apa yang gue lihat. Hamparan padang rumput yang luas, dengan warna hijau kekuningan. Dipagari oleh perbukitan rumput yang berwarna sama. Lagi-lagi surga. Surga kedua Mahameru,” (hlm 357).

Melalui dialog tokoh-tokohnya—Raja Ikhsan yang supersinis, Mareta yang super-cuek, dan Faras yang polos dan lembut tetapi cerdas—penulis secara cerdik menyampaikan perenungan-perenungan yang mendalam, kesadaran tentang adanya Tuhan, serta sudah seharusnya kita mengarahkan kembali langkah kita menuju jalan-Nya.

Petikan Puisi

Efek romantisme juga bisa dirasakan ketika kita membaca petikan puisi-puisi Kahlil Gibran yang dikutip oleh Faras. Misalnya, “Suara kehidupan di dalam diriku tidak dapat menyentuh telinga kehidupan di dalam dirimu, tetapi marilah kita berbicara agar kita tidak merasa kesepian,” (hlm 78). Atau, “Hanya orang-orang dengan rahasia-rahasia di dalam hati mereka, yang mampu meramalkan rahasia-rahasia di dalam hati kita,” (hlm 88).

Bahkan, tokoh Raja Ikhsan yang sangat sinis pun menyimpan petikan sajak Sapardi Djoko Damono yang tak kalah romantisnya. “Mencintai air harus menjadi ricik... Sampai-sampai hujan yang kesekian kerap menemani perjalanan cinta kita. Hujan di langit itu. Hujan di matamu,” (hlm 96).

Salah satu keunikan novel Tahta Mahameru yang mungkin masih jarang dijumpai pada penulisan novel-novel di Indonesia adalah kreativitas sang penulis menjadikan ketiga tokohnya menjadi orang pertama maupun orang ketiga. Baik Raja Ikhsan, Mareta, maupun Faras pada bab tertentu menjadi orang pertama, pada bab lain menjadi orang ketiga. Dengan cara demikian, penulis berhasil menggambarkan suasana batin masing-masing tokoh tersebut sekaligus bagaimana mereka saling menilai tokoh-tokoh lain. Hal itu sangat membantu pembaca untuk memahami kondisi psikologis ketiga tokoh ini.

Seperti novel Lontara Rindu yang merupakan pemenang pertama Lomba Novel Republika 2011, novelTahta Mahameru juga mendapatkan pujian dari juri, yaitu Asma Nadia dan Salman Aristo. Keduanya memuji novel ini karena sangat kuat mengangkat kearifan lokal. Lebih dari itu, penulis piawai mementaskan kearifan lokal itu dalam jalinan cerita yang renyah dan sangat menyenangkan untuk dibaca.

***

Related Posts

Resensi Tahta Mahameru
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.