Oleh Sutono
Adiwira (Tabloid Cempaka, 23 Februari - 1 Maret 2013)
koleksi Sutono Adiwira |
Kalau
kau melintas di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan
antara Kota dan Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan
tubuh ramping berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas ,
bisa jadi perempuan yang kau jumpai itu Kemuning.
****
Kemuning
menerima ajakan Sari untuk bekerja menjadi pelayan warung lesehan di area alun-
alun dengan setengah hati. Seminggu setelah ibunya menyatu dengan tanah, dengan
tanpa perasaan Jarwo bapak tirinya menjual rumah yang selama ini mereka tempati
bertiga. Mau tak mau Kemuning akhirnya tinggal dengan keluarga Lik Daunah. Lik
Daunah dan Lik Parman sebenarnya sayang
sekali dengan Kemuning, tapi apa daya ekonomi yang jauh dari mapan dengan
selusin anak yang masih kecil- kecil membuat Lik Daunah mewajibkan Kemuning
ikut membayar beban listrik dan lain- lain setiap bulannya.
Kali
pertama bekerja, Kemuning membantu Mba Ipah, pemilik warung menyiapkan menu yang dipesan pelanggan,
mencuci perkakas seperti piring, sendok, garpu dan gelas . Sesekali matanya
yang indah mengamati cara Sari menyajikan pesanan, berbasa-basi dengan
pelanggan. Kemuning hanya bisa menelan ludah menyaksikan Sari yang terlihat
genit dan sedikit nakal pada pembeli laki- laki. Andai bisa bekerja di tempat
lain? Kata hati Kemuning. Matanya menerawang, nelangsa.
Waktu
berlari cepat. Meski di betah- betahkan, tak terasa Kemuning sudah tiga bulan
bekerja di warung Mba Ipah. Kini dirinya menjelma menjadi kembang lesehan.
Meski tidak genit, Kemuning yang cantik menjadi magnet di warung yang buka
mulai bakda magrib dan tutup dini hari tersebut. Kecuali mengobrol, dengan
halus dan sopan Kemuning selalu menampik setiap ajakan pembeli berhidung
belang.
Ada
dua orang yang datang ke warung Kemuning dan tidak pernah mengutarakan niat
macam- macam selain alasan untuk
mengganjal perut dan minta ditemani ngobrol. Dua lelaki itu datang pada hari
yang berbeda. Danu, tentara yang tinggal tak jauh dari alun- alun selalu datang
pada malam minggu. Satunya lagi Pras, mahasiswa tingkat akhir universitas
terkenal di Tegal, mengunjungi Kemuning tiap minggu malam.
Lelaki
memuja kesuburan. Sedang perempuan mendamba kematangan dan kemapanan. Meski
dua- duanya menarik, tentu saja kalau diminta, Kemuning akan menjatuhkan
pilihan kepada Danu yang sudah punya pekerjaan dan penghasilan tetap tinimbang
Pras yang meski terlihat dewasa tetapi masih menadahkan tangannya kepada
orangtua.
Dan
malam itu, Kemuning yang biasanya pulang bersama jompleng milik Mba Ipah, kali
ini tak bisa menolak ketika Danu ingin mengantarnya pulang. Di temani cahaya gumintang, Kemuning dengan tersipu malu menerima Danu
sebagai kekasih.
Setelah
itu, Danu hampir tiap hari mengunjungi warung Kemuning. Untuk menjaga perasaan
kekasihnya, Kemuning berusaha menjaga jarak dengan lelaki lain termasuk Pras.
Kepada Pras , dirinya bahkan berterus terang telah menjadi kekasih Danu. Pras
terhempas. Seketika itu cintanya kepada Kemuning menguap terganti menjadi benci yang
menggunung. Dan kemuning kurang bisa menangkap isyarat itu.Kalau kau melintas
di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan antara Kota dan
Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan tubuh ramping
berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas , bisa jadi
perempuan yang kau jumpai itu Kemuning.
Kemuning
kembali merengguk luka. Danu yang biasanya datang ke warung tenda untuk
mengantar pulang ke rumahnya, malam itu tetap datang, tetapi kali ini tidak
sendirian tetapi ditemani seorang wanita yang ternyata isterinya.
Entah
bagaimana muasalnya, bisa saja Kemuning memanggil tukang becak atau ojeg yang mangkal tak jauh dari alun- alun. Tapi
Kemuning memilih menelpon Pras untuk datang menjemputnya pulang.
Kalau
kau melintas di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan
antara Kota dan Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan
tubuh ramping berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas ,
bisa jadi perempuan yang kau jumpai itu Kemuning.
Karena
mengaangap Pras orang baik, Kemuning manut saja ketika motor mereka tak melaju menuju arah rumah Lik
Daunah.
Kalau
kau melintas di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan
antara Kota dan Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan
tubuh ramping berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas ,
bisa jadi perempuan yang kau jumpai itu Kemuning.
Karena
menganggap Pras orang baik, Kemuning bagai kerbau di cocok hidungnya ketika
motor di-rem di sebuah rumah yang
katanya milik teman lamanya. Kemuning juga tanpa pikir panjang meneguk segelas
kopi yang entah telah dibubuhi apa. Yang
jelas setelah isinya kosong, kepala Kemuning dipenuhi kunang- kunang yang
berputar- putar, beberapa menit kemudian tubuh rampingnya tak sadarkan diri.
Kalau
kau melintas di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan
antara Kota dan Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan
tubuh ramping berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas ,
bisa jadi perempuan yang kau jumpai itu Kemuning.
Kemuning
menemukan dirinya dengan pakaian dan tubuh yang tak lagi utuh. Dan sebelum
kesadarannya benar- benar pulih empat laki- laki dengan seringai serigala
kembali menerkam, mengoyak paksa mahkotanya lagi.
Kalau
kau melintas di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan
antara Kota dan Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan
tubuh ramping berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas ,
bisa jadi perempuan yang kau jumpai itu Kemuning. Oiya, kalau kau bertemu
dengan dia, sampaikan salam untuknya. Katakan kepada dia, aku akan datang
untuknya suatu hari nanti.
Kemuning
4/
5
Oleh
galerikaryaflp