Dewi karya Yus R. Ismail Komidi Putar karya Gegge S. Mappangewa Pertarungan karya Benny Arnas Kacamata karya Noor H. Dee Debu-Debu Tuhan

Jumat, 15 Juni 2012

Novel Islami Dibilang Novel Porno?

Esai Intan Savitri (Republika, 15 Juni 2012)

Media massa sedang me rayakan sebuah 'pes ta' atas temuan buku-buku remaja yang berada di rakrak perpustakaan se kolah dasar (SD) melalui proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) 2010. Label buku porno melalui judul beritanya dialamat kan pada sejumlah judul buku, bertebaran di mana-mana. 

'Pesta' dimulai dari harian Suara Mer deka, yang menyatakan bahwa buku Ada Duka di Wibeng karya Jazimah AlMuhyi dan Tidak Hilang Sebuah Nama karya Galang ufityanto serta Tambelo karya Redhita dari penerbit Era Intermedia yang ditemukan di Perpustakaan SD di Kebumen, adalah novel porno. 

'Pesta' tetap dirayakan hingga terakhir pada Selasa (12/6), Republika Jabar menulis judul berita "Novel 'Porno' di SD Bertambah", serta Pikiran Rakyat menulis "Lagi, Ditemukan Novel tak Senonoh" isi beritanya memberikan label porno pula pada novel perjuangan seperti Syahid Samurai karya Afifah Afra, Festival Syahadah karya Izzatul Jannah, dan Sabuk Kiai karya Dandang A Dahlan, yang kesemuanya dari penerbit Era Intermedia. 

Judul-judul berita tendensius itu mem bingkai cara berpikir pembaca tentang isi buku, pertanyaannya sudahkah media yang menulis ini melihat persoal an ini dengan lebih adil? Sudahkah mem baca bukunya dan mengonfirmasi pada penulis serta penerbitnya? Sudah kah mengonfirmasi pada pakar tentang definisi teknis pornografi? Sudahkah melihat dari sisi bagaimana buku-buku itu bisa masuk ke perpustakaan SD? Bagaimanapun buku itu masuk ke perpustakaan SD melalui anggaran DAK yang notabene melalui proses tidak sederhana serta melibatkan institusi pemerintah bernama Pusat Kurikulum Per bukuan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memberikan Surat Keputusan (SK) bahwa buku-buku ini layak dibaca untuk ma syarakat. 

Baiklah, saya akan mencoba menulis kan nya untuk Anda, mudah-mudahan ini menjadi sebuah akhir manis untuk sebuah `pesta'. 

Pornografi Dalam UU Anti Pornografi No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Bab I, Ketentuan Umum disebutkan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. 

Apakah arti kecabulan, eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat? Cabul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keji dan kotor; tidak senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan). 

Mari kita lihat. Novel Ada Duka di Wibeng karya Jazimah Al-Muhyi bercerita tentang remaja ABG yang tidak lepas dari persoalan cinta. Cerita mengalir dari fenomena-fenomena pergaulan di kalangan anak remaja. Di antaranya adalah fenomena pacaran dan pada bab-bab akhir disimpulkan bahwa pacaran tidak dianjurkan dalam Islam. 

Media kemudian menulis bahwa ada kalimat "asal mau sama mau gak masalah kok" atau "pakai kondom agar tidak hamil" kemudian memberi judul berita dengan subjek novel porno. Jika demikian, mari kita lihat kalimat seterusnya yang merupakan komentar tokoh utama yang berperan protagonis dalam bab ini. "Seks, kalau berkaitan dengan diskusi tentang kesehatan reproduksi sih bagus, malah mendalamkan ilmu biologi." 

Seks yang diobrolin hanya berorientasi pada `how to make a baby'. Kalimat ini diucapkan oleh Akta, tokoh utama dalam novel ini. Lalu kalimat lain dalam novel ini yang berbeda secara diametral dengan kalimat yang dituduh bermakna lucah atau cabul atau porno, yaitu kalimat, "Semua aturan Allah untuk kebaikan manusia. Allah tidak mempunyai kepentingan apa-apa. Bagi-Nya, taat atau ingkarnya makhluk tidak mengurangi sedikit pun kebesaran dan kemuliaan-Nya." (Halaman 28). 

Apakah logis label porno diberikan pada sebuah novel yang menuliskan kalimat-kalimat ini? Membaca secara keseluruhan novel ini, dan tidak sepotong-sepotong, maka akan membawa kita sampai pada kesimpulan bahwa hubungan antarlawan jenis pada masamasa remaja perlu kehati-hatian agar tidak ter jebak pada pergaulan bebas. 

Lalu dalam novel Tidak Hilang Sebuah Nama karya Galang Lufityanto, persoalan yang ditulis di media adalah pada halaman 56. Saya tak menemukan kalimat-kalimat yang dituduhkan, bahwa isinya bermuatan pornografi karena berisi tentang necrophilia dan paedo philia. Dialog tentang necrophilia dan paedophilia ada di halaman 58. 

Saya katakan dialog, karena di halaman tersebut tidak ada kalimat yang menuliskan tentang bagaimana melaku kan persetubuhan dengan mayat, yang sering disebut sebagai necrophilia. Terlebih lagi, dalam dialog antara Nielsen dan Olive dalam buku Tidak Hilang Sebuah Nama, disebutkan bahwa Olive me rasa jijik dengan perilaku necrophilia yang sedang didefinisikan oleh Nielsen. 

"Olive terpekik. Ia buru-buru menutup mulutnya, beristighfar berulang kali, apakah ini mungkin terjadi?" Lalu di sam but dengan reaksinya yang lain, "Tapi ini menjijikkan!" Apakah jika kita membahas tentang definisi necrophilia (seperti yang seka rang sedang saya lakukan juga dalam tulisan ini) lantas isi buku itu disebut porno? Bukankah kalimat-kalimat ini menunjukkan bahwa sang penulis memiliki posisi yang jelas tentang penyimpangan seksual bernama necrophilia? Ia tidak mendukung perilaku menyimpang ini. Jika muncul argumentasi bahwa novel ini tidak cocok 

untuk tingkat sekolah dasar (SD), apakah lantas novel ini dengan mudah dikategorikan sebagai novel porno? Jika demikian, apakah pantas sebuah kesimpulan tergesa, tergopoh-gopoh, dan asal tuduh ini terus-menerus dilekat kan? Mungkin kita perlu melihatnya secara utuh dan menempatkan persoalan ini pada tempatnya. Jika tidak ingin ter jebak pada fitnah dan pembunuhan karakter. Mari berbenah menuju dunia literasi yang lebih baik. 

Related Posts

Novel Islami Dibilang Novel Porno?
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

1 komentar:

Tulis komentar
avatar
11 Agustus 2012 pukul 22.07

iya, saya sudah baca duan dari empat novel itu, yaitu Tidak Hilang Sebuah Nama dan Syahid Samurai. Lucu sekali kalau ada oknum yang bilang itu novel porno. Justru novel itu sangat mendidik

Reply